Tuesday, 20 October 2020

Biokompatibilitas - Evaluasi Biologis Sebagai Bagian Dari Proses Manajemen Risiko

 Usman Suwandi

Auditor dan trainer Medical Device Directive (MDD), ISO 13485, ISO 9001, ISO 14971.

 

Dokumen (ISO 10993-1) memberikan pedoman mengenai pelaksanaan evaluasi biologis alat kesehatan dan dapat membantu dalam penerapan praktis. Dokumen (ISO 10993-1) dikembangkan untuk memberikan panduan bagi pengguna dan mengilustrasikan beberapa metode dan pendekatan yang dapat digunakan.

Evaluasi biologis merupakan kegiatan verifikasi desain yang diatur dalam konteks proses manajemen risiko. Oleh karena itu, dokumen (ISO 10993-1) mencakup pedoman penerapan dalam konteks proses manajemen risiko yang dilakukan sesuai dengan persyaratan ISO 14971. Metode yang menetapkan dan memelihara proses manajemen risiko tentang evaluasi biologis sebagai bagian dari pengembangan alat kesehatan.

Di dalam ISO 13485:2016 sub-pasal “7.3.6 Verifikasi desain dan pengembangan”, antara lain menetapkan syarat sebagai berikut:

Verifikasi desain dan pengembangan harus dilakukan sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan dan didokumentasikan untuk memastikan bahwa output desain dan pengembangan telah memenuhi syarat input desain dan pengembangan.

Organisasi harus mendokumentasikan rencana verifikasi yang meliputi metode, kriteria penerimaan dan jika sesuai, teknik statistik beserta alasan untuk ukuran sampel.

Terkait evaluasi biologi sebagai kegiatan verifikasi desain, oleh karena itu rencana evaluasi biologi mencakup metode, kriteria penerimaan dan teknik statistic dan jumlah sample yang diperlukan.

Seiring berkembangnya pengetahuan ilmiah tentang mekanisme dasar respons jaringan, maka cara evaluasi biologis yang dilakukan juga dapat berubah dan menuju evaluasi berdasarkan tinjauan data ilmiah relevan yang diakui dan terhadap karakterisasi fisik dan kimia serta pengujian in-vitro; pengujian in vivo hanya dilakukan jika hal ini diperlukan untuk mengisi kesenjangan data yang belum lengkap.

ISO 10993-1 menetapkan kerangka kerja untuk merencanakan evaluasi biologis yang meminimalkan jumlah dan paparan hewan uji dengan memberikan preferensi untuk mengidentifikasi pengujian unsur kimia dan model in-vitro, tentu saja apabila metode tersebut menghasilkan informasi yang sama relevannya dengan yang diperoleh dari model in vivo. Pemilihan pendekatan mana yang dapat diterapkan untuk alat kesehtan tertentu akan bergantung pada sifat alat kesehatan tersebut, tingkat ketersediaan data ilmiah yang relevan, dan penilaian risiko.

Suatu organisasi dapat memasukkan panduan ISO 10993-1, secara keseluruhan atau sebagian, ke dalam proses manajemen risikonya.

Panduan yang terkandung dalam dokumen (ISO 10993-1) dapat berguna sebagai informasi bagi mereka yang mewakili asesor proses manajemen risiko, badan penilai kesesuaian, dan badan penegak peraturan.

 

Evaluasi biologis sebagai praktik manajemen risiko

Produsen harus menetapkan, mendokumentasikan dan memelihara proses untuk mengidentifikasi hazard terkait dengan alat kesehatan, mengestimasi dan mengevaluasi risiko terkait, mengendalikan risiko tersebut dan memantau efektivitas pengendalian, di seluruh daur hidup alat kesehatan, dan dilakukan terus menerus.

 Proses manajemen risiko harus mencakup elemen berikut:

1.    Menganalisa risiko;

a.    Intended Use” dan identifikasi karakter keamanan alkes

b.    Mengidentifikasi hazard

c.    Mengestimasi risiko untuk setiap situasi berbahaya

2.    Mengevaluasi risiko;

3.    Mengendalikan risiko;

a.    Menganalisa pemilihan pengendalian risiko

b.    Mengimplementasikan tindakan pengendalian risiko.

c.    Mengevaluasi residu risiko

d.    Menganalisa risiko dan manfaat

e.    Mengidentifikasi risiko yang timbul akibat tindakan pengendalian risiko

f.     Melengkapi pengendalian risiko

4.    Mengevaluasi informasi produksi dan informasi pasca produksi

 

Keamanan biologis merupakan keadana bebas dari risiko biologis yang tidak dapat diterima dalam konteks penggunaan yang dimaksudkan.

Risiko biologis merupakan kombinasi kemungkinan terjadinya harm terhadap kesehatan yang terjadi sebagai akibat dari reaksi merugikan yang terkait dengan interaksi dengan alat kesehatan atau bahan, dan tingkat keparahan harm tersebut.

Produsen wajib mengidentifikasi hazard biologis yang terkait dengan alat kesehatannya, memperkirakan dan mengevaluasi risikonya, mengendalikan risiko yang diidentifikasi, dan memantau efektivitas pengendalian tersebut. Perlindungan yang tepat bagi pasien harus dicapai dengan menerapkan rencana evaluasi biologis yang mencakup, (sebagai elemen penting), pertimbangan risiko dan manfaat alat kesehatan. Manfaat bagi pasien dari penggunaan alat kesehatan tentu saja apabila potensi risiko masih dapat diterima. Risiko ini akan bervariasi tergantung pada sifat dan tujuan penggunaan alat kesehatan. Tingkat risiko yang dapat diterima untuk alat kesehatan akan bergantung pada manfaat yang diharapkan dari penggunaannya.

Pertimbangan risiko biologis hanyalah salah satu aspek dari penilaian risiko suatu alat kesehatan; produsen harus mempertimbangkan semua aspek risiko yang diperkirakan, seperti diuraikan di dalam “ISO 14971:2007 Medical devices — Application of risk management to medical devices”. Dalam beberapa kasus, secara khusus perlu mempertimbangkan manfaat relatif bahan dari profil keamanan biologis yang berbeda. Misalnya, mungkin saja bahan yang paling aman secara biologis, memiliki kekuatan mekanis yang tidak dapat diterima; dalam hal ini produsen perlu mempertimbangkan bahan lain yang lebih kuat dan memiliki keamanan biologis yang dapat diterima. Evaluasi biologis penting dilakukan sebagai bagian dari proses manajemen risiko secara keseluruhan yang diperlukan dalam desain dan pengembangan alat kesehatan.

Pemilihan bahan dan analisis risiko merupakan proses desain alat kesehatan. Pemilihan bahan memainkan peran penting dalam mengevaluasi keamanan biologis. Sejalan dengan ISO 13485 dan ISO 14971, kriteria untuk menentukan risiko biologis yang dapat diterima harus ditetapkan pada awal proses desain. Karena bahan awal, formulasi dan variasi pemrosesan termasuk pengemasan, pengangkutan dan aging dapat mempengaruhi biokompatibilitas produk akhir; maka pertimbangan tersebut juga harus dimasukkan ke dalam penilaian risiko. Evaluasi biologis harus dirancang dan dilaksanakan untuk memperlihatkan pencapaian kriteria keamanan berdasarkan keluaran atau analisis risiko dan / atau riwayat penggunaan bahan yang sama. Evaluasi ini merupakan bagian dari rencana manajemen risiko yang mencakup identifikasi semua hazard dan estimasi risiko terkait. Penilaian risiko yang memadai memerlukan karakterisasi hazard dan paparan toksikologi, serta potensi respons biologis lainnya terhadap alat kesehatan.

Biokompatibilitas yaitu kemampuan alat kesehatan atau material untuk memperlihatkan dengan respons host yang sesuai dalam aplikasi tertentu.

Material dapat berupa polimer sintetis atau alami, logam atau alloy, keramik, atau komposit, termasuk jaringan “rendered non-viable” yang digunakan sebagai alat kesehatan atau bagiannya

Unsur penting dalam identifikasi hazard adalah karakterisasi material. Langkah-langkah berikut dapat digunakan untuk mengidentifikasi hazard:

o   Mendefinisikan dan mengkarakterisasi setiap bahan, termasuk bahan alternatif yang sesuai;

o   Mengidentifikasi hazard dari material, aditif, alat bantu pemrosesan, dan lain lain;

o   Mengidentifikasi efek potensial dari pemrosesan hilir (misalnya interaksi kimia antara komponen bahan, atau sterilisasi produk akhir) terhadap bahan kimia yang ada dalam produk akhir;

o   Mengidentifikasi bahan kimia yang dapat dilepaskan selama penggunaan produk (misalnya, produk degradasi dari implan yang dapat terurai);

o   Memperkirakan paparan (jumlah total atau yang tersedia secara klinis);

o   Meninjau data toksikologis dan data keamanan biologis lainnya (apabila tersedia).

Karakterisasi material merupakan proses umum dan luas dalam mengumpulkan informasi yang ada mengenai bahan kimia, struktur, dan sifat lainnya, dan jika sesuai, data baru, untuk memfasilitasi evaluasi sifat tersebut.

Informasi tentang keamanan biologis yang perlu ditinjau dapat mencakup:

o   Data toksikologis pada bahan / senyawa komponen yang relevan;

o   Informasi tentang penggunaan sebelumnya dari bahan / senyawa relevan;

o   Data dari uji biologi.

 

Risiko yang ditimbulkan oleh hazard yang diidentifikasi, selanjutnya harus dievaluasi. Evaluasi harus memungkinkan untuk menentukan apakah ada risiko toksikologis yang tidak semestinya dari bahan tersebut.

Risiko toksikologis yaitu probabilitas tingkat tertentu dari reaksi merugikan yang terjadi sebagai respons terhadap tingkat paparan tertentu

Jika dari data yang ada dapat disimpulkan bahwa risiko dapat diterima maka tidak diperlukan pengujian tambahan untuk mendukung keamanan biologis. Jika data yang ada tidak mencukupi, maka informasi tambahan harus diperoleh. Pengujian bertujuan untuk mendapatkan data tambahan yang dapat membantu untuk mendapatkan suatu kesimpulan yaitu risiko tersebut dapat diterima atau tidak. Oleh karena itu, alasan untuk pengujian harus didasarkan pada analisis risiko yang relevan yang ditunjukkan dari data yang ada.

Hasil dari setiap tes harus dinilai. Laporan pengujian harus mencakup bukti deskriptif, penilaian temuan dan penilaian kualitatif tentang penerimaannya.

Penilai harus menentukan apakah informasi yang tersedia, sudah cukup untuk memenuhi tujuan evaluasi keselamatan biologis dan jika sudah cukup, maka wajib mendokumentasikan bagaimana kesimpulan tentang keselamatan dicapai termasuk alasan untuk setiap keputusan dan dampak hasil pengujian dan informasi penilaian lainnya.

Evaluasi harus didokumentasikan dalam laporan yang menunjukkan identitas dan signifikansi dari semua bukti yang relevan serta dasar ilmiah dari keseluruhan kesimpulan secara akurat, jelas dan transparan. Faktor-faktor yang mengarah pada kesimpulan, wajib didiskusikan termasuk alasan yang ringkas dan akurat untuk setiap penilaian serta identifikasi dan diskusi tentang ketidakpastian yang mendasari setiap keputusan.

Singkatnya, evaluasi biologis harus dilihat sebagai elemen manajemen risiko dan oleh karena itu pelaksanaan evaluasi biologis alat kesehatan harus bertujuan untuk memenuhi persyaratan dokumen (ISO 10993-1) dan ISO 14971.

 
 

Rencana evaluasi biologis

ISO 14971: 2007, mensyaratkan bahwa aktivitas manajemen risiko harus direncanakan sebelumnya. Karena evaluasi biologis adalah aktivitas manajemen risiko, maka diperlukan Rencana Evaluasi Biologis, dan ini merupakan bagian dari Rencana Manajemen Risiko. Perlu dipahami bahwa hanya dengan merencanakan untuk melakukan pengujian terhadap semua aspek biokompatibilitas yang diidentifikasi, tidak berarti sudah memenuhi persyaratan ISO 14971 atau dokumen (ISO 10993-1).

Rencana evaluasi biologis harus dibuat oleh tim yang berpengetahuan dan berpengalaman, dan minimal mencakup:

o   Perencanaan untuk mengumpulkan informasi yang berlaku dari literatur yang diterbitkan (termasuk sumber informasi dan strategi pencarian), data internal dan pemasok serta sumber lain untuk melakukan analisis risiko;

o   Perencanaan untuk melakukan evaluasi, termasuk persyaratan kompetensi teknis tertentu yang relevan tehrhadap aplikasi alat kesehatan tertentu;

o   Perencanaan untuk tinjauan dan persetujuan rencana sebagai proses pengendalian desain secara keseluruhan;

o   Perencanaan untuk meninjau kesimpulan akhir hasil evaluasi dan persetujuan untuk pengujian tambahan yang diperlukan;

o   Perencanaan untuk tinjauan akhir dan persetujuan hasil penilaian risiko biologis, termasuk langkah-langkah pengendalian risiko yang diterapkan dan dokumentasi dari setiap risiko sisa serta pengungkapan risiko sisa (jika ada) melalui berbagai cara seperti pelabelan produk.

 

 Penilaian risiko

Penilaian risiko merupakan kombinasi proses analisis risiko, (di mana risiko diidentifikasi dan diperkirakan) dan evaluasi risiko (di mana risiko dievaluasi untuk mengidentifikasi risiko yang memerlukan mitigasi / pengendalian risiko).

Evaluasi risiko merupakan proses membandingkan estimasi risiko dengan kriteria risiko yang ditetapkan untuk menentukan akseptabilitas risiko.

 

 Analisis resiko

Analisis risiko adalah proses mengidentifikasi hazard tertentu dan menilai risikonya menggunakan informasi yang tersedia, secara sistematis.

Dalam evaluasi biologis, salah satu yang penting untuk diperhatikan adalah potensi toksisitas komponen bahan dan jalur pemaparannya. Perhatian penting lainnya adalah bagaimana cara sifat fisik dapat mempengaruhi respon biologis. Analisis risiko harus dilakukan dengan cara memperkirakan risiko dari setiap bahan / komponen untuk setiap jalur paparan dan efek toksikologisnya.

Oleh karena itu, analisis risiko dimulai dengan identifikasi dan karakterisasi bahan dan komponen alat kesehatan yang kontak langsung dan tidak langsung dengan jaringan. Hal ini harus dilakukan sesuai bentuk akhir dari alat kesehatan pada saat diproduksi, dengan mempertimbangkan keberadaan aditif manufaktur, alat bantu pemrosesan, atau kontaminan potensial lainnya seperti residu agen sterilisasi. Efek pemrosesan terhadap komposisi bahan dan kimia (termasuk efek bulk dan permukaan) juga harus dipertimbangkan. Hal lain yang perlu dipertimbangkan, apabila menggunakan bahan reaktif atau berbahaya di dalam (atau dapat dibentuk) produksi, pemrosesan, penyimpanan atau degradasi bahan atau kemungkinan adanya residu beracun. Potensi interaksi atau masuknya kontaminan dari bahan kemasan juga harus dipertimbangkan.

Sifat fisik dan bahan kimia yang relevan dengan keamanan biologis perlu diidentifikasi dan dapat mencakup satu atau beberapa hal berikut:

o   Keausan, beban, fatique, misalnya alat kesehatan yang menahan beban seperti “total joint prostheses” dan produksi partikel terkait (yang dapat mencakup bahan nano) atau degradasi bahan;

o   Friksi dan iritasi terkait, misalnya dalam aplikasi seperti kateter;

o   Interaksi antara kombinasi material (interaksi kimiawi), misalnya fleksibilitas yang berbeda, korosi galvanik, abrasi;

o   Panas (misalnya degradasi termal atau perubahan material yang diinduksi karena termal);

o Proses manufaktur, misalnya tekanan internal yang dapat mendorong “environmental stress cracking” (esc), perubahan morfologi, atau degradasi;

o   Interaksi lingkungan, misalnya endoskopi (asam lambung), perban (lingkungan eksternal), sinar uv, deterjen, proses dekontaminasi dan sterilisasi;

o   Listrik, misalnya short circuits, degradasi, pemanasan, stimulasi otot;

o   Potensi interaksi antar komponen;

o   Efek bentuk fisik, misalnya partikel, yang dapat mencakup nanomaterial;

o   Pemrosesan;

o   Transportasi dan aging.

 nformasi bahan dapat diperoleh melalui kajian literatur, data dari vendor, data in house atau perbandingan dengan produk yang ada di pasaran dimana proses pembuatan dan formulasinya telah diketahui dan sama dengan alat kesehatan yang sedang dievaluasi.

Karakterisasi kimia harus diikuti dengan pertimbangan toksikologis dari komponen bahan yang diketahui. Sifat spesifik dari efek toksik dan hubungan dosis-respons harus diperhatikan.

Toksik/ beracun merupakan kemampuan menyebabkan respon biologis yang merugikan.

Bahaya toksikologis yaitu potensi substansi kimia atau material menyebabkan reaksi biologis yang merugikan, terkait dengan sifat reaksi dan dosis yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi biologis.

Risiko toksikologis merupakan probabilitas tingkat tertentu dari reaksi merugikan yang terjadi sebagai respons terhadap tingkat paparan tertentu.

Selain karakterisasi bahan yang dapat diekstrak dan yang dapat leaching, maka sifat fisik alat kesehatan yang dapat berdampak buruk pada respons biologis terhadap alat kesehatan juga harus dipertimbangkan, seperti geometri, stiffness, dan lain lain.

Untuk karakterisasi dan pengujian partikulat, maka perlu dipahami bahwa bahan nano memerlukan perhatian khusus, karena bahan dengan komponen sub-mikron telah memperlihatkan (dalam beberapa kasus) perilaku berbeda dari bahan yang sama pada skala yang lebih besar, sehingga ekstrapolasi data dari bahan berukuran lebih besar tidak akan sesuai.

Material nano merupakan material dengan dimensi eksternal dalam skala nano atau memiliki struktur internal atau struktur permukaan dalam skala nano.

 

Estimasi risiko

Dari perspektif toksisitas kimia, untuk melakukan estimasi risiko, selain dari pertimbangan toksikologis komponen bahan yang diidentifikasi, juga mencakup pertimbangan paparan yang diperkirakan, misalnya bioavailabilitas komponen yang dapat larut atau leaching.

Dari perspektif properti material, untuk melakukan estimasi risiko juga mencakup paparan yang dapat diperkirakan akibat penggunaan alat kesehatan.

Risiko biasanya diperkirakan dengan memberikan nilai pada kemungkinan terjadinya harm dan tingkat keparahan harm. Dalam istilah toksikologi umum, kemungkinan dapat diperkirakan dari pengetahuan tentang adanya komponen toksik dan respons dosis yang diketahui pada jaringan yang relevan. Tingkat keparahan dapat dinilai dari segi sifat respon toksik.

Dari perspektif properti material, kemungkinan dapat diperkirakan dari pengujian fisik seperti puing-puing yang aus, dan keparahan dapat dinilai dalam kaitannya dengan sifat respons biologis dari literatur atau studi hewan.

Jika informasi yang tersedia dari literatur, data in-house dan riwayat klinis yang terdokumentasi dari alat kesehatan atau bahannya tidak mencukupi, maka estimasi risiko mungkin memerlukan pelaksanaan karakterisasi kimia atau fisik atau pengujian biologis untuk memperkirakan bahaya yang tidak dapat ditentukan dari pengetahuan sebelumnya. Investigasi semacam itu harus dilakukan sesuai dengan bagian yang berlaku dari ISO 10993.

Pemilihan tes untuk tujuan estimasi risiko hanya dapat ditentukan setelah selesai meninjau pengetahuan yang ada, karena tes harus dipilih secara khusus untuk melengkapi kekurangan pengetahuan yang diidentifikasi pada waktu tinjauan data.

Jumlah data yang diperlukan untuk analisis risiko dan kedalaman analisis akan bervariasi tergantung pada tujuan penggunaan dan bergantung pada sifat dan durasi kontak jaringan. Persyaratan data biasanya kurang ketat untuk bahan dengan kontak pasien tidak langsung, yaitu alat kesehatan yang bersentuhan hanya dengan kulit utuh, dan yang tidak bersentuhan langsung dengan jaringan tubuh, cairan infus, selaput lendir, atau kulit yang rusak.


 Evaluasi resiko

Evaluasi risiko dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko, yaitu untuk mengevaluasi risiko yang didefinisikan dalam analisis risiko untuk mengetahui signifikansinya dan mengidentifikasi persyaratan dan peluang untuk mitigasi (pengendalian risiko). Seluruh alat kesehatan harus dipertimbangkan dalam evaluasi risiko, termasuk semua komponennya.

 Untuk bahan tertentu, Biokompatibilitas hanya dapat didemonstrasikan dalam kaitannya dengan serangkaian keadaan tertentu, yang mencakup tujuan penggunaannya dan jaringan yang bersentuhan dengannya. Misalnya, toksikologis bahan kimia yang dapat diekstraksi / leaching, harus dilakukan sesuai dengan rute dan durasi pemaparan dan implikasinya terhadap ketersediaan aktual potensi toksikan. Yang paling penting adalah pertimbangan riwayat penggunaan klinis atau data keterpaparan pada manusia dari aplikasi serupa yang relevan. Misalnya, studi klinis yang menunjukkan bahwa produk akhir adalah non-iritan mungkin berguna dalam menjustifikasi untuk menghilangkan studi iritasi hewan. Namun, studi klinis dari material implant, mungkin tidak cukup sebagai justifikasi untuk meniadakan studi implan produk akhir, karena kombinasi material dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan.

Evaluasi risiko biologis sangat penting dilakukan oleh penilai dengan pengetahuan dan keahlian yang memadai untuk menentukan strategi yang tepat untuk evaluasi dan kemampuan untuk membuat penilaian yang cermat atas data yang tersedia serta untuk membuat penilaian yang baik tentang persyaratan untuk pengujian tambahan.

 

 Pengendalian risiko

Pengendalian risiko adalah proses mengidentifikasi dan menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi risiko. Dalam konteks keselamatan biologis, hal ini dapat melibatkan opsi untuk perubahan desain. Contoh strategi yang mungkin termasuk:

o   Perubahan desain untuk menghindari rute paparan yang lebih berbahaya atau mengurangi waktu paparan;

o   Perubahan desain untuk mengoptimalkan sifat permukaan geometris sehingga meminimalkan area di mana aliran darah yang rendah dapat menyebabkan pembentukan trombus;

o   Perubahan desain untuk menghindari kegagalan alat kesehatan (misalnya partikulasi, atau delaminasi coating) yang dapat mengakibatkan respons biologis yang merugikan;

o   Pengurangan toksisitas dengan cara reformulasi atau perubahan bahan;

o   Perubahan pada proses produksi untuk mengurangi atau menghilangkan residu berbahaya atau aditif proses.

 

Risiko juga dapat dikontrol dengan menyediakan data sehingga memungkinkan estimasi risiko yang lebih akurat daripada yang didasarkan pada asumsi default kasus terburuk. Pilihan pengujian harus didasarkan pada analisis risiko awal yang mengidentifikasi ketidakpastian yang perlu ditangani dan cara yang paling sesuai untuk mengatasinya. Dalam beberapa kasus, risiko yang teridentifikasi dengan beberapa ketidakpastian dapat dikurangi dengan cara selain pengujian (misalnya peringatan, kontraindikasi).

Jika muncul bahaya baru atau tingkat risiko yang lebih tinggi dari tindakan pengendalian yang diterapkan, maka kemungkinan diperlukan pengujian ulang.

Perlu dipahami bahwa melakukan pengujian pada hewan untuk pengurangan risiko sebaiknya hanya dipertimbangkan setelah semua tindakan alternatif (tinjauan pengetahuan sebelumnya, karakterisasi kimia atau fisik, evaluasi in vitro atau cara alternatif mitigasi) telah habis.

 

 Evaluasi penerimaan risiko residual

Setelah analisis dan evaluasi risiko dan penerapan pengendalian risiko, maka penting untuk meninjau temuan dari aktivitas sebelumnya dan untuk mendokumentasikan risiko residual serta untuk memutuskan pengungkapan lebih lanjut dari risiko residual tersebut, misalnya melalui pelabelan yang sesuai, warning atau precaution.

 

Pemantauan paska produksi

Proses penilaian risiko didasarkan pada penilaian terhadap manusia dengan menggunakan informasi yang tersedia, dan dilengkapi dengan pengujian biologis (jika diperlukan). Penilaian ini harus diperbarui sesuai kebutuhan, sesuai informasi baru yang tersedia dari pemantauan pascapasar kinerja alat kesehatan dan keamanan penggunaan klinis yang sebenarnya. Pemantauan ini harus mencakup tren kejadian tidak diinginkan yang terkait dengan alat kesehatan, ditambah informasi baru yang muncul terkait dengan alat kesehatan atau bahan serupa. Pemantauan juga harus mencakup tinjauan berkelanjutan atas literatur ilmiah yang relevan.

 

Bekasi, Oktober 2020

 Referensi :

  •    ISO 10993 – 1 : 2018 Biological evaluation of medical devices — Part 1: Evaluation and testing within a risk management process. Fifth edition. 2018-08.
  •   ISO 13485:2016 Medical Devices – QMS – Requirements for regulatory purposes
  •    ISO 14971:2007 Medical devices — Application of risk management to medical devices.

No comments:

Post a Comment

Auditor internal perlu memahami file desain dan pengembangan

  Usman Suwandi Auditor / trainer ISO 9001; ISO 14001, ISO 13485; ISO 50001; ISO 45001; ISO 22000, MDD     Pendahuluan File desa...