Usman Suwandi
Auditor dan Trainer
Medical Device Directive (MDD), ISO 13485, ISO 9001
Validasi
proses merupakan cara pengendalian yang disyaratkan Standar ISO 13485:2016. Validasi
proses yang efektif akan berkontribusi untuk memastikan kualitas dan
keselamatan alat kesehatan (Alkes) yang diproduksi. Validasi merupakan
pengujian bahwa hasil dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Maksudnya
jelas, produsen alat kesehatan diharuskan untuk melakukan validasi proses
produksi/ realisasi alat kesehatan dimana hasil dan outputnya tidak dapat
dikontrol pada akhir proses atau yang memiliki produk jadi yang tidak dapat
dipantau, diukur, dan diverifikasi. Misalnya, setelah kegiatan sterilisasi dan
pengemasan primer (barrier steril),
tidak mungkin untuk membuka masing-masing alat kesehatan dan menguji sterilitasnya.
Inilah
sebabnya perlunya memastikan sterilitas melalui pengendalian variable proses.
Untuk memastikan bahwa proses bekerja sesuai dengan spesifikasi dan memberikan
hasil yang diharapkan, maka harus melakukan validasi proses.
Validasi
proses sebagai persyaratan standar ISO 13485:2016
Klausa
– 7.5.6 validasi proses untuk ketetapan produksi dan servis, menetapkan syarat
sebagai berikut:
Organisasi
harus melakukan validasi proses untuk ketentuan produksi dan servis dimana
hasil output tidak dapat atau tidak
diverifikasi pada pemantauan atau pengukuran berikutnya dan, sebagai
konsekuensinya, defisiensi akan terlihat hanya sesudah produk digunakan atau
servis telah disampaikan.
Validasi
harus memperlihatkan kemampuan proses tersebut untuk mendapatkan hasil yang
direncanakan secara konsisten.
Organisasi harus mendokumentasikan
prosedur untuk validasi proses, meliputi :
a)
Kriteria yang ditetapkan
untuk meninjau dan mengesahkan proses;
b)
Kualifikasi alat dan kualifikasi personil;
c)
Penggunaan metode
khusus, prosedur dan kriteria penerimaan;
d)
Jika sesuai, teknik
statistik dengan berdasarkan ukuran
sampel;
e)
Syarat untuk catatan;
f)
Pengesahan perubahan
terhadap proses.
Organisasi harus mendokumentasikan
prosedur untuk validasi aplikasi perangkat lunak komputer yang digunakan dalam
ketentuan produksi dan servis. Aplikasi perangkat lunak semacam itu harus
divalidasi sebelum penggunaan awal dan jika sesuai, sesudah perubahan terhadap
perangkat lunak semacam itu atau aplikasinya. Pendekatan khusus dan aktivitas
terkait dengan validasi perangkat lunak dan validasi ulang harus sebanding
dengan risiko terkait dengan penggunaan perangkat lunak, termasuk efek mengenai
kemampuan produk untuk memenuhi terhadap spesifikasi.
Catatan hasil dan kesimpulan
validasi serta tindakan yang diperlukan dari validasi harus dipelihara.
Proses
Suatu
aktivitas atau seperangkat aktivitas yang menggunakan sumber daya untuk merubah
input menjadi output dapat dianggap sebagai proses. Supaya suatu proses dapat berfungsi secara
efektif, organisasi sebaiknya mengidentifikasi dan mengelola berbagai proses
yang saling berhubungan. Output dari suatu proses sering menjadi input bagi
proses berikutnya. Identifikasi dan pengelolaan proses di dalam organisasi
secara sistematis dan interaksi diantara proses tersebut, dianggap sebagai
“pendekatan proses”.
Dalam
banyak hal suatu proses terdiri dari berbagai rangkaian aktivitas yang saling
berkaitan. Tidak ada tahapan dalam rangkaian ini dapat dilakukan sebelum tahap
sebelumnya (dapat juga paralel) telah selesai.
Kadang
kadang pengertian proses disamakan dengan prosedur padahal keduanya berbeda.
Proses biasanya dikaitkan untuk menjawab pertanyaan apa, misalnya apa tahap
selanjutnya, sedangkan prosedur biasanya digunakan untuk menjawab bagaimana,
misalnya bagaimana penyimpanan produk tersebut dilakukan.
Proses
didefinisikan sebagai seperangkat aktivitas yang saling
terkait dan berinteraksi yang menggunakan input untuk menghasilkan suatu hasil
yang dikehendaki /
“intended
result”.
- Apakah hasil yang dikehendaki dari suatu proses dinamakan output, produk atau servis, tergantung pada konteks referensinya.
- Input suatu proses pada umumnya merupakan output dari proses lain dan output suatu proses pada umumnya merupakan input untuk proses lain.
- Dua atau lebih proses yang saling terkait dan berinteraksi secara berurutan juga dapat disebut sebagai satu proses.
- Proses dalam organisasi pada umumnya direncanakan dan dilakukan dibawah kondisi terkendali supaya mempunyai nilai tambah.
- Poses dimana kesesuaian output yang dihasilkan tidak dapat diverifikasi dengan mudah atau ekonomis, sering disebut sebagai “special process”.
- Dalam beberapa proses, beberapa input menjadi output tanpa ada transformasi misalnya blueprint yang digunakan dalam proses manufaktur atau katalis dalam proses kimia.
Manajemen
proses berarti mengelola dan mengendalikan proses yang ada di dalam organisasi.
Dengan mengetahui semua proses yang ada dalam organisasi, maupun struktur
organisasi, sumber daya yang sesuai dan manajemen yang terlibat, maka proses
akan dapat dioptimalkan dan ditingkatkan secara terus menerus. Sumber daya
termasuk personil, keuangan, fasilitas, peralatan, teknik dan metode.
Manajemen
proses tidak hanya dokumentasi proses dan fokus pada pelanggan, tetapi juga
identifikasi dan prioritas proses organisasi, keselarasannya dengan strategi
organisasi dan pengendalian maupun pemantauan proses. Optimalisasi proses
menggunakan ukuran dan tujuan proses akan meningkatkan hasil kinerja
organisasi.
Jenis proses
Berbagai
proses yang ada dalam organisasi dapat dikelompokkan antara satu dengan yang
lain. Pengelompokan proses tersebut akan memperjelas proses yang ada dan
memperjelas hubungan proses yang satu dengan yang lain.
a. Proses bisnis
Proses
bisnis terdiri dari proses inti, proses manajemen dan proses pendukung maupun
proses pengembangan sumber daya.
b. Proses inti
Proses
inti pada dasarnya merupakan aktivitas inti yang ada dalam organisasi dan
mempunyai ciri ciri sebagai berikut:
- Mempunyai nilai tambah
- Pelanggan eksternal menentukan mulainya dan berakhirnya proses
- Proses tersebut mempunyai peranan besar dalam menentukan keberhasilan organisasi dan terhadap kepuasan pelanggan
- Hasil proses berpengaruh langsung terhadap pelanggan
Setiap
organisasi mempunyai proses inti yang berbeda beda. Sebagai contoh, aktivitas
pemeliharaan mesin produksi merupakan proses pendukung bagi perusahaan obat,
tetapi bagi organisasi pembuat mesin, ia dapat menjadi proses inti karena
merupakan bagian servis paska jual yang sangat penting dan sangat memberikan
nilai tambah bagi keberhasilan perusahaan. Karena peranannya yang sangat
penting bagi keberhasilan perusahaan, maka diperlukan
orang yang mempunyai kemampuan dan ketrampilan memadai di dalam proses inti
tersebut. Tidak adanya kemampuan dan ketrampilan akan dapat menyebabkan masalah
dikemudian hari.
c. Proses pendukung.
Proses
pendukung tidak menambah nilai secara langsung dan pengaruhnya tidak langsung
dirasakan oleh pelanggan, sebagai contoh
keuangan, logistik, gudang pada perusahaan manufaktur.
d.
Proses manajemen.
Proses
manajemen mempunyai sifat pengendalian atau keputusan atau kepemimpinan, misal
perencanaan sumber daya manusia, strategi, perencanaan organisasi, kebijakan
dan tujuan organisasi.
Deskripi proses
Deskripsi proses mempunyai
peranan penting untuk mencapai tujuan dan visi organisasi. Dasar penggambaran
proses dalam organisasi yaitu analisa hubungan pelanggan dan pemasok demikian
juga pemahaman isu eksternal dan internal serta harapan pihak pihak berkepentingan
termasuk peraturan.
Perlu untuk membuat daftar
hubungan pelanggan dan pemasok; daftar isu eksternal dan internal; daftar
harapan pihak berkepentingan. Hasil yang diharapkan oleh pelanggan, pihak
berkepentingan dan isu eksternal dan internal organisasi, merupakan dasar
pembuatan proses dan prosedur. Penggambaran proses ini dapat menjamin pandangan
yang berorientasi pada pelanggan sesuai dengan konteks organisasi dan
meniadakan hasil yang tidak berorientasi pada pelanggan. Dengan demikian setiap
proses setidaknya mempunyai satu pelanggan. Dalam pengertian manajemen proses,
pelanggan dapat berasal dari eksternal maupun internal.
Untuk
menggambarkan rangkaian tahapan proses, dapat menggunakan alat bantu yang
berbeda. Untuk melakukan visualisasi rangkaian tersebut dapat menggunakan
diagram alir atau matrik departemen.
Diagram
alir banyak dipilih untuk menggambarkan proses atau kegiatan dalam organisasi.
Disamping menggambarkan rangkaian proses atau kegiatan, di dalamnya juga dapat
dimasukkan tanggung jawab untuk pelaksanaan, hubungan dengan kegiatan lain dan
inspeksi atau pemantauan yang dilakukan beserta dokumen yang terkait. Diagram
alir sebaiknya dibuat tidak terlalu rinci, sedangkan
diskripsi kerja yang menyertainya dapat diuraikan lebih rinci. Matrik
departemen juga dapat digunakan untuk menggambarkan rangkaian tahapan proses
atau kegiatan, terutama untuk menunjukkan hubungan antar departemen.
Salah
satu prinsip pendekatan proses yaitu hasil yang konsisten dan dapat diprediksi,
akan dicapai lebih efetif dan efisien apabila aktivitas dipahami dan dikelola
sebagai proses yang saling berkaitan, yang berfungsi sebagai suatu sistem yang
koheren.
Validasi
proses
Validasi
proses adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi data proses yang terencana
secara sistematis, yang memberikan bukti bahwa suatu proses mampu secara
konsisten memberikan hasil yang diharapkan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
tingkat jaminan mengenai kinerja suatu proses. Jaminan ini akan diperoleh dari
informasi dan data obyektif yang menunjukkan bahwa proses mampu menghasilkan
produk secara konsisten sesuai spesifikasi.
Tim
validasi
Untuk
memulai dan menerapkan validasi proses, sebaiknya dipertimbangkan oleh beberapa
pihak terkait dengan proses realisasi alat kesehatan. Masing-masing pihak bersama-sama
merencanakan validasi secara efektif.
Siapa
yang sebaiknya terlibat dalam tim validasi?
- Penelitian dan pengembangan akan memberikan masukan terkait o Proses mana yang harus divalidasi terkait dengan output yang tidak dapat diverifikasi o Risiko terkait yang harus ditangani dan dikendalikan.
- Bagian regulasi yang akan menyediakan semua input relevan terhadap persyaratan peraturan yang harus diperhitungkan dan pengaruhnya terhadap validasi proses.
- Jaminan kualitas yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan implementasi sistem dan proses pemantauan, analisis data, dan sistem pelaporan dan peringatan/ alert system.
- Bagian teknik yang akan merencanakan implementasi pengendalian pada mesin dan peralatan yang terlibat dalam proses.
- Produksi yang membagikan pendapatnya tentang cara menerapkan validasi secara efektif di seluruh proses realisasi.
Tim
validasi yang dibentuk sebaiknya didokumentasikan
Mengevaluasi
dan mengidentifikasi proses yang perlu divalidasi atau diverifikasi
Sebelum
kita merencanakan validasi suatu proses, maka kita harus memutuskan apakah
suatu proses perlu dilakukan validasi atau verifikasi. Apa perbedaan antara
proses yang perlu diverifikasi dan yang perlu divalidasi?
Sebelum
membahas lebih lanjut tentang validasi, sebaiknya kita perlu mengetahui
definisi validasi dan verifikasi terlebih dahulu. Berikut definisi sesuai ISO
9000:2015.
- Verifikasi yaitu konfirmasi melalui penyediaan bukti obyektif, bahwa persyaratan yang ditetapkan telah dipenuhi. Bukti obyektif yang diperlukan untuk verifikasi dapat berupa hasil inspeksi atau bentuk determinasi lainnya seperti malakukan kalkulasi alternatif atau tinjauan dokumen. Aktivitas yang dilakukan untuk verifikasi kadang kadang disebut dengan proses kualifikasi.
- Validasi yaitu konfirmasi melalui penyediaan bukti obyektif, bahwa maksud penggunaan atau aplikasi tertentu sudah dipenuhi. Bukti obyektif yang dibutuhkan untuk validasi adalah hasil pengujian atau bentuk determinasi lain seperti malakukan kalkulasi atau tinjauan dokumen. Kondisi penggunaan untuk valdasi dapat nyata atau disimulasikan.
ISO
11135:2014 dan ISO 11137-1:2015 mendefinisikan validasi sebagai prosedur
terdokumentasi untuk mendapatkan, mencatat dan menafsirkan hasil yang
diperlukan untuk menetapkan bahwa suatu proses akan secara konsisten
menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Validasi
proses harus mengacu pada proses di mana kekurangannya menjadi jelas hanya
setelah produk digunakan atau servis telah disampaikan. Konsep utama Standar
ISO 13485 adalah menentukan bahwa setiap tahap realisasi harus dikontrol untuk
memastikan setiap hasil proses dan produk akan memenuhi semua spesifikasi. Apabila alat kesehatan dan komponennya,
karakteristiknya, maksud penggunaannya, kinerjanya, dan keselamatannya, tidak
dapat dijamin hanya dengan inspeksi atau pengujian produk, maka validasi dapat
memberikan jaminan hal tersebut.
Langkah
pertama adalah memeriksa dampak suatu proses terhadap kualitas dan keselamatan alat
kesehatan. Ketika pengaruh proses terhadap akes cukup besar, maka kualitas dan
keselamatan alat kesehatan akan dipengaruhi pengendalian proses tersebut.
Verifikasi
harus dilakukan secara optimal dan memadai untuk menghilangkan risiko yang
tidak dapat diterima. Dengan kata lain, verifikasi harus menyediakan data yang
andal dan laporan situasi yang benar mengenai proses tersebut. Jika kondisi tersebut
dapat dipastikan, maka kita dapat mengontrol proses dengan kegiatan verifikasi sesuai
dengan pasal 8.2.5 — Pemantauan dan pengukuran proses atau pasal 8.2.6 —
Pemantauan dan pengukuran produk.
Contoh
proses yang dapat diverifikasi termasuk proses pemotongan manual, pengujian
warna, kekeruhan, pH larutan, atau inspeksi visual “printed circuit board”.
Proses
yang tidak dapat diverifikasi misalnya verifikasi proses sealing kemasan produk
steril, hanya dapat dilakukan ketika segel dibuka dan diuji. Verifikasi seperti
itu tidak hemat biaya. Tidak akan hemat biaya untuk membuka setiap alat
kesehatan dan melakukan verifikasi penyegelannya. Organisasi mempunyai dua opsi
yaitu melakukan inspeksi 100% (untuk setiap alat kesehatan) atau melakukan validasi
proses.
Ketika
evaluasi proses menunjukkan bahwa proses tersebut tidak dapat diverifikasi, maka
ada opsi untuk mendesain ulang proses manufaktur sehingga proses dapat
diverifikasi. Namun, produsen alat kesehatan harus meninjau dan menyetujui ulang
proses tersebut untuk memastikan bahwa proses tersebut dapat diverifikasi dan
untuk memastikan bahwa spesifikasinya terpenuhi. Jika desain ulang tidak
dimungkinkan karena sifat dari proses tersebut, atau verifikasi tidak hemat biaya,
maka validasi proses perlu dirancang dan diimplementasikan.
Output
manajemen risiko dan persyaratan untuk pengendalian risiko mungkin mengharuskan
adanya validasi proses tertentu diimplementasikan. Validasi digunakan untuk
melakukan pengujian efektivitas tindakan pengendalian risiko. Hasil validasi
tersebut didokumentasikan dalam file manajemen risiko.
Analisis
risiko menunjukkan peristiwa atau situasi di mana kegagalan proses dapat
menyebabkan kegagalan alat kesehatan, yang berarti bahwa proses semacam itu
perlu dikendalikan. Tingkat keparahan risiko akan menentukan tingkat pengendalian
proses yang diperlukan. Salah satu
persyaratan ketika menerapkan pengendalian risiko adalah bukti efektivitas.
Bukti ini akan dicapai dengan validasi yang sesuai. Jadi, ketika meninjau
kebutuhan untuk validasi, produsen perlu meninjau output dari proses manajemen
risiko. Evaluasi semacam itu akan memastikan bahwa kontrol proses berlangsung
efektif, yang merupakan tanggung jawab tim validasi, dan harus diselesaikan selama
fase desain.
Menentukan
variable proses untuk validasi
Variabel
proses memengaruhi kinerja proses; dengan demikian, variabel proses terkait
langsung dengan kualitas fungsionalitas, kinerja, keselamatan, dan persyaratan maksud
penggunaan alat kesehatan.
Setelah
mendefinisikan proses yang perlu divalidasi, produsen perlu menentukan
masing-masing variable yang akan dikontrol. Variable harus dievaluasi mengenai
peran mereka dalam proses dan dampaknya terhadap hasil proses. Untuk menerapkan
validasi yang efektif, produsen harus memahami apa variable utama yang
mempengaruhi kualitas produk atau kinerja suatu proses, misalnya suhu, tekanan,
senyawa bahan baku, konsentrasi, tegangan, waktu, siklus mesin, dan sebagainya.
Mengidentifikasi variabel utama akan membantu menunjukkan apa yang harus diukur
dan dikendalikan.
Untuk
memulai, perlu meninjau dan menganalisis pengaruh setiap proses terhadap
spesifikasi dan karakteristik produk. Misalnya, proses sealing kemasan produk
steril akan mempengaruhi kualitas, kinerja, dan maksud penggunaan produk. Karakteristik
ini seharusnya sudah ditentukan misalnya sebagi output dari fase desain. Untuk
memenuhi spesifikasi dari karakteristik tersebut, maka proses sealing harus
mempertahankan kondisi tertentu; misalnya, selama proses sealing, suhu dan
tekanan sangat penting untuk mencapai tingkat kekuatan yang diharapkan.
Ketika
menentukan variabel untuk pengendalian proses, maka penting untuk menghubungkan
input dengan output. Sebagai contoh, dalam proses plastic injection, formasi injeksi part akan dipengaruhi oleh holding time dari part pada mesin
tersebut sebelum membuka dan melepaskan part. Perbedaan sekian detik mungkin mempunyai
arti sangat penting. Input (holding time)
berhubungan langsung dengan output (bentuk part). Variabel ini akan menunjukkan
stabilitas suatu proses; dengan demikian, variable ini perlu dikontrol.
Setelah
mengidentifikasi vriabel, selanjutnya perlu untuk menghubungkannya dengan tool
dan elemen (dalam proses) yang dipengaruhi oleh variabel tersebut, misalnya
holder, mesin, perangkat lunak, alat produksi, sumber daya manusia, dan
infrastruktur. Elemen-elemen ini akan memasok data dan hasil variabel proses.
Kegagalan
ekuipmen, tool, sistem, dan komponen
dapat mempengaruhi proses dan kualitas produk. Organisasi harus menilai dampak
kegagalan tersebut terhadap produk dan karakteristiknya. Dampaknya mungkin
langsung atau tidak langsung:
- Dampak langsung mengakibatkan kegagalan sistem yang digunakan dalam realisasi produk, misalnya, mesin, alat produksi, bahan baku, dan komponen.
- Dampak tidak langsung mengakibatkan kegagalan sistem yang mendukung sistem realisasi, seperti utilitas dan infrastruktur, sumber daya manusia, dan lingkungan kerja.
Evaluasi
dampak dapat membantu dalam perencanaan pengendalian dan uji validasi lebih
efektif. Analisis risiko dapat berfungsi sebagai input untuk penilaian
tersebut.
Kriteria
penerimaan untuk peninjauan dan pengesahan proses
Setelah
mengidentifikasi variabel untuk validasi, selanjutnya perlu menentukan dan
mendokumentasikan nilai target dan kriteria penerimaan. Nilai target adalah
nilai optimal untuk setiap variabel proses. Nilai-nilai ini akan menunjukkan
stabilitas dan kemampuan suatu proses dan memastikan bahwa persyaratan dipenuhi
dan diterima. Mempertahankan variabel proses dalam kriteria yang telah
ditetapkan, akan memastikan karakteristik dan spesifikasi produk sesuai yang
diharapkan.
Kriteria
digunakan untuk mengevaluasi hasil dibandingkan dengan persyaratan. Batas
kriteria (nilai target, batas kontrol atas dan bawah) didasarkan pada spesifikasi
produk atau proses. Tujuan kriteria adalah untuk menunjukkan efektivitas proses
dan mendukung keputusan untuk menilai, mengevaluasi, dan menentukan pemenuhan
proses, berdasarkan fakta, dan data. Kriteria akan mendukung validasi dengan
menunjukkan status variable, yaitu diterima atau ditolak.
Tujuan
dari batasan ini adalah untuk memberikan instruksi bagi pengguna sistim
manajemen mutu kapan memerlukan penyesuaian proses; misalnya, ketika hasil
menunjukkan bahwa prosesnya menyimpang, maka tindakan perlu dilakukan untuk
mengembalikan dalam batas yang ditetapkan. Kriteria dapat objektif atau
subyektif:
- Kriteria obyektif berarti hasilnya dibandingkan dengan seperangkat nilai yang ditentukan, dan keputusan dibuat berdasarkan perbandingannya yaitu diterima atau ditolak.
- Kriteria subyektif yaitu ketika hasilnya dievaluasi, keputusannya diserahkan kepada individu. Kriteria dievaluasi menggunakan pengetahuan dan pengalaman. Kriteria subyektif tentu saja perlu didukung dengan justifikasi.
Kriteria
harus didokumentasikan, misalnya, pada protokol pengujian, dan harus disetujui
sebelum diajukan untuk digunakan. Hal hal yang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan kriteria antara lain:
- Untuk setiap proses, spesifikasi hasilnya sebaiknya diketahui.
- Kriteria penerimaan sebaiknya didasarkan pada hasil desain dan pengembangan.
- Untuk setiap proses yang memerlukan validasi, produsen sebaiknya menetapkan kriteria untuk evaluasi kinerja proses dan penerimaan outputnya.
- Produsen sebaiknya mengembangkan kebijakan dalam menetapkan dan menentukan kriteria antara lain ruang lingkup, hubungan dengan proses lainnya, tujuan, kegiatan, dokumentasi, dan metode pelaporan.
- Kriteria sebaiknya ditetapkan berdasarkan sumber variasi proses.
- Kriteria sebaiknya ditetapkan untuk mencegah dampak variasi proses terhadap hasil proses.
- Metode untuk pengukuran proses harus sesuai dengan kriteria.
- Kriteria sebaiknya ditetapkan untuk memberikan peringatan mengenai status output dan penyimpangan dari kondisi yang diharapkan serta untuk menentukan kapan hasilnya dianggap tidak sesuai.
- Kriteria sebaiknya mengacu pada persyaratan atau karakteristik produk yang dikendalikannya, seperti bahan, spesifikasi fungsional dan teknis, karakteristik produk, referensi gambar, dan persyaratan kualitas.
- Kriteria sebaiknya diintegrasikan ke dalam persyaratan kualitas, misalnya didokumentasikan dalam rencana kualitas atau protokol pengujian.
- Ketika persyaratan eksternal untuk kriteria proses atau produk tertentu berlaku (misalnya persyaratan standar, peraturan, atau spesifikasi teknis), maka kriteria tersebut perlu diimplementasikan pada waktu validasi.
- Ketika kegiatan untuk mengatasi risiko (output dari manajemen risiko) menentukan kriteria, maka mereka sebaiknya diterapkan pada waktu validasi.
Kondisi
terburuk
Masalah
berikutnya mengenai kriteria adalah kondisi terburuk. Kondisi terburuk adalah
kondisi yang mendekati batas atas atau bawah dari variabel proses. Kondisi ini
mensimulasikan keadaan yang mungkin terjadi selama proses realisasi yang
menunjukkan tren yang tidak diinginkan selama proses. Kondisi terburuk
sebaiknya ditentukan sesuai dengan risiko yang terkait dengan proses. Tujuannya
adalah untuk menunjukkan kemampuan proses memberikan hasil yang diharapkan
secara konsisten.
Tercapainya
kondisi buruk atau kondisi mendekati batas tersebut, belum mengindikasikan
bahwa prosesnya tidak sesuai, tetapi kondisi tersebut memperingatkan dan
memberitahu bahwa situasi tersebut dapat menimbulkan risiko terhadap output
proses dan berdampak pada integritas produk. Misalnya, produk yang harus
direalisasikan dalam sebuah lingkungan yang mempertahankan tingkat kebersihan
tertentu. Level variabel yang memastikan tingkat kebersihan selama realisasi
perlu ditentukan. Untuk level ini, perlu menentukan nilai untuk batas bawah dan
atas dari target misalnya jumlah maksimum partikel di udara ruangan 10000
partikel per meter kubik sebagai batas atas tingkat kebersihan dalam kondisi
terburuk.
Kondisi
terburuk juga dapat terjadi sebagai hasil kombinasi dari beberapa variable
kritis. Misalnya, untuk proses sealing, ada tiga variable penting yaitu suhu,
waktu, dan tekanan. Kombinasi ketiganya bisa menghasilkan kondisi terburuk. Produsen perlu mengidentifikasi kombinasi dari variabel tersebut
dan menentukan level dari kasus terburuk. Kondisi terburuk ini harus ditantang/
challenge, divalidasi, dan disahkan. Pada tahap selanjutnya, produsen sebaiknya
memutuskan tindakan pencegahan dan aktivitas apa yang diperlukan untuk menghindari
tercapainya kondisi terburuk tersebut.
Memilih
metode untuk menganalisis data.
Metode
untuk analisis data sebaiknya ditentukan dan didokumentasikan. Tujuan analisa
data antara lain:
- Untuk menunjukkan secara objektif bahwa proses memenuhi spesifikasinya berdasarkan data yang diperoleh.
- Untuk mereplikasi kondisi proses sesuai kondisi aktual.
Metode
analisa sebaiknya dipilih dan dikembangkan sesuai dengan tipe data yang dikumpulkan.
Metode analisa akan memberi laporan status aktual dan akurat mengenai proses.
Manfaat metode antara lain:
- Menyediakan laporan yang dapat diandalkan yang akan menggambarkan status proses dan dapat digunakan untuk membuat keputusan.
- Memberikan alarm/ peringatan kepada organisasi terkait dengan prosesnya.
- Memungkinkan organisasi untuk membandingkan data baru dengan data lama.
- Memungkinkan memberikan saran cara untuk meningkatkan atau mengoptimalkan proses dengan menunjukkan tren dan perilaku variable proses.
- Sebaiknya diterapkan dengan mengacu terhadap standar internasional, nasional atau lokal jika dipersyaratkan.
Metode
harus dievaluasi secara berkala dan memungkinkan untuk diperbarui karena adanya
perubahan teknologi atau peraturan.
Menentukan jumlah sampel
Metode
analisa, selain menyatakan teknik statistik yang akan digunakan, sebaiknya juga
menentukan jumlah sampel yang representatif sesuai teknik statistik seperti
jumlah pengamatan atau ulangan dan referensi atau alasan dalam menentukan
jumlah sampel. Alasan jumlah sampel atau ulangan sangat tergantung pada tingkat
keparahan risiko dan probabilitas risiko yang terkait dengan proses. Jika suatu
proses menunjukkan probabilitas kegagalan yang tinggi, maka jumlah sampel tentu
akan lebih banyak dibandingkan probabilitas kegagalan rendah. Jumlah sampel
harus direncanakan dengan tujuan memberikan kepercayaan statistik yang cukup
baik dalam batch maupun antar batch. Untuk setiap proses, ukuran sampel antara
lain:
- Dapat direpresentasikan sebagai jumlah, ukuran, volume, rasio, konsentrasi
- Mengacu ke level minimum dan maksimum
- Menunjukkan titik pengambilan sampel
- Menunjukkan frekuensi pengambilan sampel
- Didokumentasikan dan mengacu ke prosedur validasi yang didokumentasikan
- Mengacu pada material, alat, atau komponen yang sedang divalidasi
- Dapat didasarkan pada output manajemen risiko
Menetapkan
prosedur terdokumentasi untuk validasi proses
ISO
13485 mensyaratkan untuk menetapkan dan memelihara prosedur validasi proses.
Dokumentasi ini sangat penting sehingga pengetahuan yang diperoleh tentang
proses dan implikasinya pada hasil proses akan tersedia bagi orang lain yang
terlibat dalam setiap tahap siklus hidup alat kesehatan. Dokumentasi ini
sebaiknya tersedia bagi pihak terkait di tempat yang tepat dan pada waktu atau cara
yang tepat. Tujuan dokumentasi antara lain :
- Untuk menggambarkan proses mana yang akan divalidasi
- Untuk menjabarkan cara dan sarana untuk melakukan validasi.
- Untuk membuktikan bahwa kegiatan validasi dilakukan sesuai rencana dan hasilnya memuaskan.
Dokumentasi
harus tersedia bagi pihak terkait di lokasi yang sesuai dan waktu yang tepat,
dan ketetapan ini sebaiknya didokumentasikan. Pihak yang relevan antara lain pekerja
produksi atau jaminan kualitas, serta pemasok proses. Tempat yang tepat dapat berupa server perusahaan, modul
bantuan dalam aplikasi pengguna, file teknis, halaman web, dan dokumentasi yang
menyertai para pekerja.
- Dokumentasi dapat meliputi:
- Prosedur atau Instruksi kerja
- Materi referensi
- Dokumen untuk mengatasi masalah/ troubleshooting
- Prosedur pengukuran
- Instruksi untuk menggunakan metode analitisa dan statistik
- Rencana kualitas
- Protokol pengujian
- Rencana validasi
Catatan
validasi
Prosedur
validasi sebaiknya menggambarkan dan menetapkan semua catatan yang diperlukan
sebagai bukti bahwa kegiatan validasi telah dilakukan dan akan
mendokumentasikan hasil kegiatan validasi.
- Catatan-catatan ini sebaiknya dikendalikan sesuai klausa 4.2.5 - Pengendalian catatan.
- Catatan validasi antara lain meliputi:
- Output tinjauan validasi dan evaluasi proses
- Daftar proses yang perlu divalidasi
- Hasil analisis statistik dari proses
- Hasil protokol pengujian
- Hasil skenario pengujian
- Grafik hasil
- Hasil kegiatan kualifikasi instalasi, operasi dan kinerja (IQ, OQ, dan PQ)
Mengembangkan
rencana validasi
Kegiatan
validasi sebaiknya dilakukan sesuai dengan protokol yang terdokumentasi, dan
hasil validasi sebaiknya juga didokumentasikan. Rencana validasi adalah dokumen
yang menentukan kebijakan, strategi, dan metode yang digunakan untuk melakukan
validasi proses dalam organisasi. Validasi merupakan program berkelanjutan
untuk mengumpulkan dan menganalisis data proses yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan pengendalian proses.
Rencana
validasi meliputi aktivitas mengidentifikasi proses atau hasil proses yang akan
divalidasi, tanggung jawab, peralatan, persyaratan untuk kualifikasi (baik
peralatan maupun sumber daya manusia), dan jadwal.
Rencana
validasi menggambarkan prinsip-prinsip dasar validasi yang akan diterapkan ke
dalam organisasi. Dari rencana validasi, akan menjabarkan protokol khusus yang
memberikan rincian mengenai kegiatan validasi, misalnya, protocol kualifikasi
instalasi, operasi dan kinerja (IQ, OQ, dan PQ), di mana prosedur/ instruksi
kerja, peralatan, personel, dan catatan spesifik disebutkan. Rencana sebaiknya
diperbarui dan disetujui oleh tim validasi. Peninjauan sebaiknya dilakukan
secara berkala untuk memastikan bahwa setiap perubahan yang diterapkan pada
proses realisasi, telah dipertimbangkan dan dirujuk dalam rencana validasi.
Rencana validasi tersebut sebaiknya dikendalikan sesuai dengan klausa 4.2.4 —
Pengendalian dokumen.
Persetujuan
perubahan proses
Perubahan
salah satu variable proses dapat mempengaruhi kinerja proses atau kemampuan
proses untuk mendapatkan hasil yang direncanakan. Perubahan antara lain dapat
terjadi sebagai akibat dari:
- Perubahan input proses
- Perubahan kegiatan atau urutan kegiatan suatu proses.
- Perubahan spesifikasi produk atau proses termasuk perubahan desain
- Perubahan teknologi
- Perubahan lingkungan
- Penggantian peralatan
- Perubahan persyaratan dari pelanggan atau peraturan atau perundang-undangan
- Perubahan sebagai akibat dari tindakan korektif sebagai respon terhadap ketidaksesuaian
- Perubahan yang berasal dari penilaian risiko
Ada
dua jenis perubahan :
- Perubahan proaktif yaitu perubahan yang direncanakan. Dalam kasus seperti itu, organisasi harus mengendalikan perubahan yang dilaksanakan sesuai rencana.
- Perubahan reaktif yaitu perubahan yang dilakukan sebagai reaksi terhadap perubahan situasi atau kondisi. Untuk perubahan tersebut, organisasi harus meninjau apakah ada konsekuensi dari perubahan yang berdampak pada proses atau produk secara tidak sengaja.
Perubahan
proaktif suatu proses harus melalui validasi proses sebelum perubahan
diterapkan dan disetujui. Dengan kata lain, persetujuan perubahan sebaiknya
didasarkan dari hasil validasi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan
mengatasi dampak potensial dari perubahan, mengidentifikasi bagaimana perubahan
tersebut mempengaruhi hasil yang diharapkan dari proses dan, jika dapat
diterapkan, interaksi dengan proses lain, sehingga dapat dilakukan adaptasi
terhadap perubahan tersebut. Untuk itu, perlu merencanakan dan
mendokumentasikan validasi ulang kinerja proses setelah perubahan diterapkan.
Tujuan
validasi ulang yang direncanakan antara lain
- Dilakukan sesuai dengan konsekuensi potensial dari perubahan
- Memastikan bahwa tidak ada dampak buruk terhadap hasil proses
Organisasi
juga harus mengendalikan konsekuensi dari perubahan reaktif yang mungkin
terjadi setelah perubahan tersebut berlaku, dan harus merencanakan validasi
ulang dari perubahan tersebut untuk mengurangi dampak buruk potensial. Sekali
lagi, kriteria melakukan validasi ulang harus ditentukan dan didokumentasikan.
Ketika
merencanakan dan mendokumentasikan validasi ulang terhadap perubahan suatu
proses, hal hal yang sebaiknya dipertimbangkan antara lain:
- Prosedur validasi (atau rencana validasi) sebaiknya menguraikan syarat perubahan proaktif dan bagaimana perubahan proaktif akan diidentifikasi.
- Prosedur sebaiknya menetapkan input apa saja yang memungkinkan perlunya evaluasi dan peninjauan perubahan.
- Rencana validasi dan validasi ulang suatu perubahan sebaiknya mendefinisikan kriteria untuk peninjauan dan persetujuan, peralatan dan personel yang memenuhi syarat, menetapkan metode, dan sebagainya.
- Kriteria harus memastikan bahwa semua kondisi untuk pengesahan perubahan proses telah ditentukan dan akan membantu dalam mengevaluasi konsekuensi dari perubahan tersebut.
- Organisasi harus memastikan bahwa personel yang relevan telah mengetahui perubahan tersebut.
- Perubahan dan hasil validasi ulang harus disetujui oleh tim validasi, di mana perubahan tersebut akan ditinjau oleh beberapa pihak yang berpartisipasi dalam realisasi produk dan proses.
- Organisasi harus memastikan bahwa dokumentasi yang relevan seperti prosedur, instruksi kerja, protokol, dan laporan pengujian juga diubah.
Kualifikasi
instalasi, Kualifikasi Operasional, dan Kualifikasi Kinerja.
Salah
satu harapan dari validasi suatu proses yaitu untuk menunjukkan bahwa proses
tersebut mampu memberikan hasil seperti yang diharapkan dan proses tersebut
siap untuk dioperasikan dalam lingkungan yang ditentukan atau dalam integrasi
dengan elemen-elemen lain dari sistim manajemen mutu organisasi. Hal ini
dicapai dengan menetapkan seperangkat kriteria atau kondisi yang harus dipenuhi.
Ada tiga elemen validasi proses yang perlu dipenuhi yaitu Kualifikasi
Instalasi, Kualifikasi Operasional, dan Kualifikasi Kinerja.
Bekasi,
Mei 2019.
Referensi
:
- ISO 13485:2016 Medical Devices – QMS – Requirements for regulatory purposes
- ISO 14971:2007 Medical devices — Application of risk management to medical devices
- ISO 13485:2016 A Complete Guide to Quality Management in the Medical Device Industry; Second Edition; Itay Abuhav. CRC Press. 2018
- ISO 9000:2015- Quality Management System – Fundamentals and vocabulary
- EN ISO 11137-1-2015 Sterilization of health care products — Radiation Part 1 : Requirements for development, validation and routine control of a sterilization process for medical devices.
- ISO 11135-2014 Sterilization of health-care products — Ethylene oxide — Requirements for the development, validation and routine control of a sterilization process for medical devices.
No comments:
Post a Comment